Senin, 22 Februari 2010

ILUSI YANG TAK BERJEJAK


februari ini hadir tanpa cita rasa
seperti kekasih dengan senyumannya yang tersamar
sepertinya aku, kau dan mereka membeku dalam perenungan
hingga hasrat akan mawar merah jambu pun lunglai layu
diterpa semilir pembawa awan hujan yang siap menumpahkan segala kepedihan
dan tahukah kau?
selalu ada kasih sayang disini, dihati ini
disaat kertas-kertas bertuliskan definisi cinta yang seperti bayangan
bayangan yang berkacak pinggang dibelakang mu itu,
bayangan penghisap yang haus darah
mereka berkata,
mungkin itu benar...
kemungkinan ini sejenis roh-roh halus yang bergentayangan
dan rasa ini kandas oleh tepukan dada yang membuat ku muak
itukah mau mu dibalik tangis yang syahdu?
laksana meteorit menghujani lembah dijiwa hingga menggelepar
lalu?
karena aku kan ke utara membelah horison senja
ucapkan saja salam pada ilalang
selagi hujan memberinya semangat perlawanan
desing dan desau membahanakan frase-frase tentang ironi yang patriotik
jika saja dunia ini dirajut oleh sulaman rasa
pada perandaian semua jalinan belaka dari anyaman emosi yang menggebu
katakan,
katakanlah...

Disuatu tempat, 22 Februari 2010
Prasasti untuk sebuah perjalanan

Kamis, 18 Februari 2010

TENTANG WAKTU

Kali ini saya sepakat bahwa menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Bagaimana tidak bosan, jika hanya untuk mendapatkan data harian saja kita disuruh menunggu karena orang yang bersangkutan harus mencari-cari dulu dokumen ditumpukan file yang tidak teratur. Saya tidak habis pikir, kenapa hal tersebut masih terjadi? Bukankah revolusi industri sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu? Revolusi yang katanya mengubah pola dimasyarakat dari pola masyarakat agraris ke masyarakat industri dan bukankah penggunaan sistem serta peralatan kerja adalah salah satu ciri dalam masyarakat industri? Lalu, kenapa masih digunakan sistem pengendalian dokumen yang demikian buruk? Berapa banyak waktu yang terbuang dalam sehari hanya untuk mencari-cari dokumen? Berapa banyak waktu yang terbuang dalam seminggu? Sebulan? Setahun?.

Tentu saja kita kita mengenal banyak ungkapan mengenai betapa pentingnya mengefektifkan waktu, kita sangat familiar dengan ungkapan misalnya: "waktu adalah uang" dan atau "waktu ibarat pedang". Namun harus kita akui bahwa pelaksanaannya tentu saja tak seindah kita mengucapkan ungkapan tersebut. Kenapa demikian? Karena untuk bisa berdisiplin terhadap waktu, kita membutuhkan suatu keberanian. Keberanian disini diperlukan karena kita harus melakukan perubahan sikap dari yang asalnya tidak berdisplin terhadap waktu menjadi berdisplin waktu. Lebih jauhnya lagi, dalam melakukan penyesuaian dalam proses perubahan tersebut kita dituntut memiliki pengendalian diri. Hal ini sangat penting mengingat demi tercapainya target dari proses perubahan sikap yang dilakukan.

Ini baru sebatas masalah dokumen, bagaimana jika sudah menyangkut masalah yang lebih mendasar? Masalah tujuan hidup misalnya. Suatu tujuan yang tidak memiliki orientasi waktu pencapaian, maka berpotensi menimbulkan keletihan dan kejenuhan yang berujung pada kerapuhan yang menyedihkan.

Dalam rangka ballighu annii walau ayatan dalam persfektif quu anfusakum wa ahlikum naaran, saya hanya mau mengutip satu ayat yang berbunyi al mubazirina ikhwanu syayathin, maka mari kita katakan: say goodbye to syayathin.....