Kamis, 18 Februari 2010

TENTANG WAKTU

Kali ini saya sepakat bahwa menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Bagaimana tidak bosan, jika hanya untuk mendapatkan data harian saja kita disuruh menunggu karena orang yang bersangkutan harus mencari-cari dulu dokumen ditumpukan file yang tidak teratur. Saya tidak habis pikir, kenapa hal tersebut masih terjadi? Bukankah revolusi industri sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu? Revolusi yang katanya mengubah pola dimasyarakat dari pola masyarakat agraris ke masyarakat industri dan bukankah penggunaan sistem serta peralatan kerja adalah salah satu ciri dalam masyarakat industri? Lalu, kenapa masih digunakan sistem pengendalian dokumen yang demikian buruk? Berapa banyak waktu yang terbuang dalam sehari hanya untuk mencari-cari dokumen? Berapa banyak waktu yang terbuang dalam seminggu? Sebulan? Setahun?.

Tentu saja kita kita mengenal banyak ungkapan mengenai betapa pentingnya mengefektifkan waktu, kita sangat familiar dengan ungkapan misalnya: "waktu adalah uang" dan atau "waktu ibarat pedang". Namun harus kita akui bahwa pelaksanaannya tentu saja tak seindah kita mengucapkan ungkapan tersebut. Kenapa demikian? Karena untuk bisa berdisiplin terhadap waktu, kita membutuhkan suatu keberanian. Keberanian disini diperlukan karena kita harus melakukan perubahan sikap dari yang asalnya tidak berdisplin terhadap waktu menjadi berdisplin waktu. Lebih jauhnya lagi, dalam melakukan penyesuaian dalam proses perubahan tersebut kita dituntut memiliki pengendalian diri. Hal ini sangat penting mengingat demi tercapainya target dari proses perubahan sikap yang dilakukan.

Ini baru sebatas masalah dokumen, bagaimana jika sudah menyangkut masalah yang lebih mendasar? Masalah tujuan hidup misalnya. Suatu tujuan yang tidak memiliki orientasi waktu pencapaian, maka berpotensi menimbulkan keletihan dan kejenuhan yang berujung pada kerapuhan yang menyedihkan.

Dalam rangka ballighu annii walau ayatan dalam persfektif quu anfusakum wa ahlikum naaran, saya hanya mau mengutip satu ayat yang berbunyi al mubazirina ikhwanu syayathin, maka mari kita katakan: say goodbye to syayathin.....

0 komentar:

Posting Komentar